WHW Investasi Rp7,2 Triliun di Ketapang

KETAPANG – Gubernur Kalimantan Barat Cornelis MH., meminta investasi yang ada di Kalimantan Barat untuk dengan serius memperhatikan masyarakat lokal. Terutama masyarakat di sekitar daerah operasional. Demikian juga Pemerintah Kabupaten, dan jajarannya serta masyarakat sekitar untuk bersama-sama menjaga investasi yang sudah masuk, karena ini untuk kepentingan masyarakat.
Hal tersebut disampaikannya ketika bersama Kepala Badan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM), Frangky Sibarani dan Bupati Ketapang, Martin Rantan, meninjau progres pengerjaan PT Well Harvest Winning Alumina Rafinery (WHW), di Sungai Tengar Kendawangan Ketapang, Jumat (31/3).
“Jangan terlalu banyak masalah, kita sudah memberikan yang terbaik untuk kepentingan perusahaan ini, jangan sampai banyak gangguan internal khususnya mitra dalam negeri, jangan sampai mereka menarik diri, tolong dijaga baik-baik,” ujar Cornelis.
Disatu sisi kata orang nomor satu di Kalbar itu, masyarakat sekitar juga harus diperhatikan jangan sampai tukang angkut batu saja dibawa dari Tiongkok. Karena cadangan alumina di ketapang kalau hanya dua smelter bisa mencapai 150 tahun, “Bagaimana menciptakan hubungan harmonis antara perusahaan dan masyarakat, yang bisa dikerjakan masyarakat lokal, berikanlah kepada mereka seperti pemasok sayur, warung-warung, bila perlu dibuat dengan rapi di luar area pabrik ini, demikian juga dengan program CSR, sehingga apa yang menjadi tujuan dibangunnya investasi ini benar-benar bermanfaat untuk rakyat,” terang Cornelis.
Bupati Ketapang Martin Rantan, mengatakan, menyambut baik dibangunnya perusahaan terbesar di Kabupaten Ketapang ini. Karena ada dua lainnya lagi yakni kawasan industri Pagar Mentimun dan Food Estate.
Martin berharap perusahaan di Kabupaten Ketapang menjaga kearifan lokal dan memperhatikan masyarakat sekitar. Untuk tenaga asingnya agar bisa berbahasa Indonesia, karena mereka yang selalu berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar dan karyawan lokal.
Direktur Pabrik PT WHW, Li Yu Yong mengatakanm, WHW merupakan pabrik pengolahan logam dasar bukan besi, yang nantinya untuk memenuhi kebutuhan PT Inalum (BUMN). Pengerjaannya sudah mencapai 90 persen lebih dan untuk tahap ini rencananya awal April siap produksi, namun diakuinya, masih banyak yang harus disempurnakan terutama sumber daya manusianya, “Kita ingin (WHW) menjadi perusahaan resmi dan aman operasi di Indonesia,” ujar pria melalui penterjemahnya ini.
Lebih lanjut Mr Li, mengakui, WHW bisa berjalan sampai di sini karena bantuan pemerintah. WHW bekerja sama untuk memberikan pengembangan di daerah dan bekerja keras untuk memberikan yang terbaik. Tenaga kerja yang didatangkan pun yang terbaik untuk bisa membangun WHW. Target ke depan, meminimalisir tenaga asing, hanya tinggal 100 orang dan tenaga kerja lokal 3500 orang.
“28 Maret berhasil membuat suplai listrik. Pabrik alumina terus mengatur mesin-mesin agar segera bisa beroperasi. Investasi yang digelontorkan sampai triwulan ke empat Rp7,3 triliun, dam prudk nantinya akan dipasarkan di domestik dengan kapasitas 500 ributon per tahun, dengan sisa akan diekspor. WHW merupakan pemasok PT Inalum (BUMN).” Ujar Li.
Alasan WHW membangun listrik 160 MW, karena 99 persen 88 MW tahap pertama untuk pabrik, kata Li, karena Indonesia belum memiliki energi yang memadai. “Ditambah lagi belum memiliki pelabuhan yang mendukung, dan dua komponen itu besar pengeluarannya,” ungkapnya.