The Godfather From Bangkalan

SURABAYA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah meringkus Ketua DPRD Bangkalan Fuad Amin Imron. Mantan Bupati Bangkalan dua priode ini diduga terlibat suap suplai Migas di Bangkalan. KPK juga menyita uang miliaran rupiah dari hasil operasi tangkap tangan (OTT), Selasa 2 Desember 2014 dinihari.
Raden KH Fuad Amin Imron begitu nama lengkap beserta gelar kebangsaan Madura. Sosok Ra Fuad ini juga memiliki sosial terhadap orang yang kesusahan. Masih ingat kasus kerusuhan Sampit, Kalimantan Tengah? Tak terhitung berapa jumlah korban jiwa, akibat kerusuhan yang terjadi sekitar Februari 2001 itu. Sekedar melihat kebelakang, konflik antar etnis ini dimulai dari Kota Sampit, Kalimantan Tengah, hingga meluas ke propinsi termasuk Kota Palangka Raya.
Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dengan Warga Migran Madura dari Pulau Madura. Konflik itu pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik ini mengakibatkan 500 kematian dengan lebih 100.000 warga kehilangan tempat tinggal. Banyak Warga Madura ditemukan dipenggal kepalanya.
Akibat konflik itu, banyak anak-anak menjadi yatim piatu kehilangan orang tuanya. Setidaknya, ada lima orang anak yang dirawat oleh Ra Fuad. Mereka menempati rumah milik Fuad Amin di Jalan Raya Kupang Jaya Nomer 4-2, Surabaya. Rumah tersebut, digeledah oleh KPK lantaran sang empunya terlibat dugaan suap pengelolaan Migas.
Saat KPK melakukan penggeledahan di rumah dua lantai itu, sekira pukul 17.00 WIB, muncul pemuda yang menempati rumah tersebut. Pemuda itu datang mengendarai motor matic dan langsung masuk ke rumah melalui pintu sisi kiri. Seperti tergopoh-gopoh pemuda ini langsung masuk dan mengunci pagar.
Seperti dilansir dari Okezone Pemuda inipun langsung ngacir tanpa menjawab pertanyaaan wartawan. Dari keterangan warga sekitar lokasi, pemuda tersebut diketahui bernama Solah. Pemuda ini merupakan salah satu diantara pengungsi akibat kerusuhan Sampit. Solah diasuh oleh Ra Fuad sejak kecil.
Menurut warga sekitar, di rumah megah itu sebenarnya ada lima orang. “Awalnya ada lima orang pengungsi Sampit yang ditampung di rumah itu. Yang tiga pergi saat ini yang tersisa masih dua orang. Soleh dan temannya,” ujar warga yang tinggal tak jauh dari rumah tersebut.
Solah disekolahkan hingga perguruan tinggi oleh Ra Fuad. Sampai saat ini dia masih duduk di salah satu universitas di Surabaya. Solah juga diketahui, jika pagi hingga sore, dia bekerja di salah satu perusahaan swasta.
“Sore sepulang kerja biasanya menyalakan lampu dan menyirami tanaman di halaman rumah,” tambahnya.
Menurut warga, Solah dikenal sebagai anak pendiam dan tertutup. Meski demikian dia kerap bergaul dengan para tukang becak asal Madura di sekitar lokasi. “Dia gak pernah bergaul dengan warga,” ujar Jatmiko warga sekitar.
Selanjutnya, lanjut warga itu, sejak tersiar kabar bahwa Ra Fuad tertangkap, dua orang yang menempati rumah tersebut tidak terlihat.
Seperti diberitakan sebelumnya, paska tertangkap tangan pada Selasa 2 Desember 2014 dinihari, KPK menetapkan ayah Bupati Bangkalan Makmun Ibnu Fuad sebagai tersangka atas dugaan suap Suplai migas dan pembayaran ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Beberapa rumah milik Fuad, baik yang ada di Bangkalan maupun di Surabaya, digeledah KPK. KPK juga menyita uang miliaran rupiah dari tangan Fuad Amin Imron saat OTT.