Sungai Karang Mumus Berpotensi Jadi Kawasan Ekowisata

SAMARINDA – Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, berpotensi besar dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, mengingat masih ada kawasan sepanjang beberapa kilometer di aliran sungai yang memiliki pemandangan alami.
“Saya sudah beberapa kali berwisata menyusuri SKM (Sungai Karang Mumus) dengan sejumlah kepala sekolah dan pengawas sekolah. Saya senang melakukan ini karena di kawasan hulu SKM memang masih indah dan alami,” ujar Kepala UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Dasmiah.
Menurut ia, di hulu SKM, terutama di kawasan dengan panjang sekitar 10 kilometer yang jarang ada permukiman warga di bantaran sungai, yakni mulai Waduk Benanga ke arah hilir hingga Jembatan Gelatik.
“Di sepanjang jalur itu memang ada beberapa unit rumah, bahkan di kawasan Bengkuring ada sekitar 1 kilometer yang memiliki pohon di kanan kiri bibir sungai, sementara ada sekitar 200 meter terdapat kawasan padat ditumbuhi pohon yang berfungsi sebagai kanopi, sehingga menciptakan suasana alam romantis untuk wisata,” paparnya.
Dasmiah menambahkan ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya, ekonomi masyarakat, termasuk aspek pembelajaran bagi masyarakat setempat.
“Ini berarti warga harus mendukung kegiatan ini, caranya adalah dengan tidak membuang sampah ke sungai, karena sungai bukan tempat pembuangan sampah, namun sungai diciptakan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi manusia,” tambahnya.
Selama ini, pihaknya bukan saja berekreasi di SKM guna mendukung terciptanya kawasan yang kelak benar-benar bisa menjadi objek wisata unggulan, namun bersama warga setempat juga sering memungut sampah di SKM.
Dasmiah bersama para kepala sekolah dan pengawas sekolah se- Kecamatan Loa Janan Ilir memungut sampah bukan sekadar untuk membersihkan sungai, tetapi kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk pendidikan kepada warga agar tidak membuang sampah ke sungai.
“Sampai kapanpun kami dan LSM Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM rutin mengambil sampah baik yang hanyut di bibir maupun dasar sungai, kondisi SKM tidak akan pernah bisa bersih jika masyarakat tetap membuang sampai ke sungai,” katanya.
“Oleh karena itu, melalui aksi memungut sampah di sungai, saya berharap warga malu membuang sampah karena ada orang lain yang memungut. Budaya malu terhadap diri sendiri inilah yang ingin kita bangun, karena kita ingin sungai bebas dari sampah,” tutur Dasmiah.
Ia juga mengaku telah memerintahkan para kepala sekolah dan guru di wilayahnya untuk memberikan pemahaman kepada para siswa agar tidak membuang sampah ke sungai, parit atau tempat yang tidak semestinya.
“Yang namanya sampah harus dibuang ke tempat sampah,” tegasnya.(Ant)