Sumut Berkontribusi Pengurangan Produksi Karet Nasional
MEDAN | Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) menegaskan Sumut berkontribusi sekitar 50.000 ton dalam pengurangan produksi karet nasional yang direncanakan sebesar 10 persen pada tahun depan.
“Sebanyak 50.000 ton itu dihitung dari produksi Sumut yang berkisar 500.000 ton per tahun,” kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Minggu (17/11/2013).
Dia mengatakan hal itu terkait adanya rencana Gapkindo Pusat yang merencanakan menekan produksi karet sebesar 10 persen pada tahun depan untuk menghindari terjadinya penurunan harga jual di pasar internasional.
“Ketentuan Pusat tentunya akan diikuti daerah, apalagi tujuannya bagus untuk menekan kelebihan pasokan yang bisa semakin menekan harga jual di pasar,”katanya.
Menurut dia, sebenarnya, pemangkasan produksi atau ekspor itu sudah diberlakukan negara Indonesia, Malaysia dan Thailand beberapa tahun sebelumnya, tetapi memang belum maksimal menyusul secara fakta permintaan juga melemah dampak krisis global.
Data, kata dia, menunjukkan, total ekspor karet Sumut pada Januari-Agustus 2013 masih 291.446 949 kilogram atau turun 0,81 persen dibandingkan periode sama 2012 yang sebanyak 293. 824 967 kilogram.
Penurunan ekspor dipicu menurunnya permintaan dari China, Amerika Serikat dan Jepang, meski hingga saat ini negara itu masih menjadi tujuan utama penjualan Sumut.
Ketua Umum Gapkindo, Daud Husni Bastari di Jakarta, sebelumnya menuturkan industri karet tengah mengalami tekanan permintaan dan harga.
Hampir semua negara mengurangi impor, sementara harga karet tren menurun atau bertahan rendah di bawah tiga dolar AS per kg.
Harga 2,29 dolar per kg pada posisi bulan Agustus lalu misalnya mendekati level terendah dan berpotensi menyentuh harga pokok produksi.
“Kalau produksi dan ekspor tetap banyak, stok di pasar semakin bertambah dan itu bisa menambah tekanan harga,” katanya.
Penurunan produksi sebesar 10 persen akan mulai dilakukan Gapkindo pada Januari 2014 sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Dia berharap, langkah itu diikuti oleh produsen karet lainnya yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Thailand dan Malaysia.
ITRC pernah mengambil langkah serupa Januari-Juni 2009 dan Oktober 2011-Maret 2012.(OK/photo : Istimewa)