Jadikan Kemajemukan Sebagai Kekuatan Bangsa

PONTIANAK – Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 106 di Kalbar berlangsung khidmat. Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya yang memimpin upacara berpesan agar menjadikan kemajemukan yang ada sebagai kekuatan bangsa.
“Keberadaan NKRI kita saat ini tidak lepas dari berbagai perjuangan. Dalam rangka memperingati Harkitnas ini dengan beragamnya etnis, agama, suku dan bahasa jangan sampai menjadi pemicu perpecahan. Tetapi sebagai kekeyaan bangsa ini,” kata Christiandy, Selasa (20/5).
Menurutnya, upacara Peringatan Harkitnas ini penting untuk menggugah semangat perjuangan para penduhulu. Peringata tersebut juga dilakukan secara nasional.
Wagub juga menyampaika beberapa amanat dari Menteri Komunikasi dan Informatika. Dikatakannya sesuai dengan tema Peringatan Kebangkitan Nasional ke 106 yakni Maknai Kebangkitan Nasional Melalui Kerja Nyata
Dalam Suasana Keharmonisan dan Kemajemukan Bangsa. Dari tema itu mengandung tiga makna yang sekaligus menjadi instrumen ukuran nilai-nilai nasionalisme terimplementasi dalam karsa, cipta dan karya
kekinian secara nyata.
“Artinya, nasionalisme bukan sekedar diskursus dan wacana yang sorak-sorai. Makna nasionalisme kekinian bukan lagi kamuflase kerinduan romantisme perjuangan masa lalu, tetapi bagaimana kita menginplementasikan romantisme perjuangan tersebut dalam pola pikir, pola sikap dan perilaku kebangsaan selaras dengan tuntutan zaman,” ujarnya.
Kemudian pada dasarnya semua menginginkan sebuah keharmonisan dalam perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nasionalisme terbangun bukan dari perilaku dari saling menuding, bukan saling menyalahkan dan bahkan saling menyingkirkan.
“Kekuatan kebangsaan tersemai dalam kohesivitas yang harmonis dari kekuatan dan energi potensi yang telah kita miliki. Komitmen untuk berbagi dan bersinergi dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional
itulah yang menjadi ukuran sejauh mana karsa, cipta dan karya kita sudah memberikan kekuatan bagi terbangunnya keharmonisan perilaku kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang amanah,” paparnya.
Selanjutnya memberi rujukan bahwa kekuatan sebuah bangsa tercirikan dari bagaimana perbedaan dan kemajemukan dapat dikelola menjadi kekuatan. Itulah niat mulia untuk menyatukan perbedaan-perbedaan yang
dimiliki bangsa ini melalui Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, karena Indonesia yang memiliki lebih dari 300 kelompok etnis, lebih darei 250 bahasa daerah dalam percakapan, keragaman dan komposisi pemeluk agama yang tersebar di seluruh nusantara adalah sebuah kekayaan sekaligus kekuatan.
“Sebagai negara yang kaya akan keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama, menyadari bahwa kohensivitas kesadaran akan keragaman senantiasa harus terjaga secara terus menerus dan berkesinambungan,
dimana nilai-nilai toleransi akan perbedaan, nilai-nilai kemajemukan yang tumbuh berkembang atas dasar komitmen dan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak boleh luntur sampai
kapanpun,” pungkasnya.(Teks/Foto: Kiki Supardi)