Daerah Ini Terancam Krisis Listrik

KOTAWARINGIN BARAT – Krisis energi daya listrik masih menghantui masyarakat Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Pasalnya, PT Bergonia Pratama belum mengembangkan energi listrik 2 x 50 megawatt-nya.
Sementara, PT Exploitasi Energi Indonesia (EEI) yang mengalami permasalahan finansial tidak dapat diandalkan untuk menyokong kebutuhan energi listrik Kobar yang mencapai 28 megawatt. PT EEI juga tidak mampu menjalankan kerjasama jual beli listriknya sebesar 10 megawatt per jam dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Ancaman krisis energi listrik Kobar ini membuat Wakil Bupati Kobar, Bambang Purwanto angkat bicara. Bambang Purwanto mengungkapkan, pihaknya telah berkali-kali menegur pihak PT EEI terkait pemadaman bergilir akibat ludesnya batu bara bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kumai. “Sudah sering saya tegur. Tapi tetap bandel,” kata Bambang, seperti dilansir Borneonews, Rabu (25/2/2015).
Wabup meminta kepada masyarakat Kobar untuk menghemat penggunaan listrik, khususnya saat beban daya listrik memasuki puncaknya di malam hari.
Selain itu, mengingat ketidakpastian investasi energi listrik PT EEI di Kobar, ia membuka peluang bagi para investor energi listrik masuk dan menyokong kebutuhan energi listrik yang mencapai 28 megawatt saat beban puncak terjadi.
“Saya imbau PT Korintiga Hutani untuk bangun PLTU dengan memanfaatkan kulit kayu. Kami minta untuk dapat menyiapkan daya selain yang sudah ada di Korintiga saat ini,” lanjut Bambang Purwanto.
Gregorius Yora, Plt Manager Pembangkit PLN menjelaskan, terdapat sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) swasta yang pihaknya sewa. Meski ditambah dengan PLTD yang dimiliki PLN dan sokongan energi listrik dari PT Korintiga Hutani, defisit daya di Kobar masih cukup besar, yakni mencapai 5 megawatt.
Kemampuan daya Kobar tanpa suplai daya dari PT EEI atau PLTU Kumai, hanya sekitar 23 megawatt. Sedangkan beban listrik puncak Kobar mencapai 28 megawatt.
Menurutnya, pihaknya akan memaksimalkan pembangkit yang ada sehingga defisit daya diharapkan terpangkas hingga menjadi 2 megawatt.